Pages

Ads 468x60px

Kamis, 22 September 2016

Teori Belajar

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Oleh:
Ronaldus S. Rilman, M.Pd.



B.F Skinner  (Source: Google Image)


1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
 Adalah teori yang menjelaskan bahwa perilaku sepenuhnya merupakan hasil dari kegiatan belajar.
2. Tokoh dan Kerangka Berfikir Teorinya
a)   Edward Lee Thomdike (1874-1949)
Menurut Thomdike,belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dengan respon. Ia mengadakan percobaan dengan seekor kucing yang dikurung dalam sangkar yang tertutup dengan pintu kecil yang secara otomatis kalau disentuh dapat terbuka. Kalau di luar sangkar diletakan makanan maka kucing tersebut akan berusaha keluar dengan cara percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu dan kemudian berhasil keluar karena dilakukan berulang-ulang. Sehingga bentuk paling dasar dari belajar adalah “Trial and Error Learning” atau “Selecting and connecting Learning”. Sering juga disebut teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.


b)   Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan kaasik) adalah proses dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, terlebih dahulu diperlihatkan sinar merah (rangsangan buatan). Dengan sendirinya air liurnya pun akan keluar dan apabila dilakukan berulang-ulang maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan akan memperlihatkan air liurnya. Peristiwa ini disebut Reflek Bersyarat (Conditional Respons). 
Becterev murid Pavlov menggunakan prinsip tersebut pada manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti suara lagu penjual es krim Walls atau bunyi bel dikelas. Tanpa disadari terjadi proses menandai sesuatu.

c)    Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Dikenal dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses Operant Conditioning atau pengkondisian operant (yaitu suatu proses penguatan perilaku operan berupa penguatan positif atau negatif yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan ketika ada anak kecil tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya. Maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.

d)   Robert Gagne (1916-2002)
Gagne disebut sebagai modern neobehaviorits, mendorong guru untuk merencanakan intruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi dan guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Kontribusi terbesar dari teori intruksional Gagne adalah “9 Kondisi Intruksional”,yaitu:
1.      Gaining attention = mendapatkan perhatian
2.      Intorn learning of objective = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.
3.      Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4.      Present new material = penyajian mareri baru
5.      Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6.      Elicit performance = memunculkan tindakan
7.      Provide feedback about correctness = siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik.
8.      Assess performance = menilai hasil belajar yang ditunjukan.
9.      Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.

e)    Albert Bandura (1925-     )
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan dan menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Sebagai contoh dalam iklan televisi.

3.    Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa
Berikut adalah penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran siswa di sekolah:
a)      Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
b)      Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
c)      Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
d)     Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
e)      Kesalahan harus segera diperbaiki
f)       Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
g)      Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

4.    Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
a.    Kekurangan
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal maupun fisik dapat berakibat buruk bagi siswa.
b.   Kelebihan
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : Percaapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.



Referensi;

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono.2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Pustaka  Pelajar.Yogyakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodi.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya . Bandung.
Sugiharto dkk .2006  Psikologi Pendidikan. FIP UNY.
Suyantinah. 2000. Psikologi Pendidikan. FIP UNY.

Purwanti Endang, Nur Widodo.2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM

0 komentar:

Posting Komentar