FILSAFAT
PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN IMPLEMENTASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh: Ronaldus S. Rilman, S.Pd.
Oleh: Ronaldus S. Rilman, S.Pd.
1. Konsep, Esensi dan
Kilasan aliran Filsafat Progresivisme
Progresivisme adalah
suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada
anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Gerakan Progresivisme
ini sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad
ke-20.
Progresivisme
memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak
pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak
cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan
yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi
muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
Progresivisme
melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan
pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti: cooperation yaitu
kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu
berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjusment yaitu
fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.
2. Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 –
26 Agustus 1910)
William James seorang
psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal. Paham dan
ajarannya demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai negara
Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat penceramah dibidang
filsafat, juga terkenal sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa
otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak
atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku. Buku
karangannya yang berjudul Principles of Psychology yang terbit tahun 1890 yang
membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik
dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William James terkenal sebagai ahli
filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal.
John Dewey adalah
seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey
tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School".
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical
Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan
masa yang akan datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang
orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan terutama
sekali dengan versi pemikiran yang disebut instrumentalisme. Adapun ide
filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang
konkret, baik teori maupun praktik. reputasi (nama baik) internasionalnya
terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap filsafat pendidikan Progressivisme
Amerika. Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat
profesional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam
bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik dan ilmu jiwa. Dia adalah
juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan
demokratis. Diantara karya-karya Dewey yang dianggap penting adalah Freedom and
Cultural, Art and Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct
(1922), Experience and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah
Democracy and Education(1916).
3.Hans Vaihinger
(1852-1933)
Hans Vaihinger
berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan
obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di
dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Georges digolongkan pada penganut
pragmatisme ini. Tapi amat sukar untuk memberikan sifat bagi hasil
pemikirannya, karena amat banyak pengaruh yang bertentangan dengan apa yang
dialaminya.
3. Filsafat Pendukung atau yang
Melandasi Progresivisme
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh
filsafat pragmatisme dari John Dewey (1859-1952). Apabila ditelusuri,
konsep-konsep filsafat yang melandasi progresivisme bahkan berasal dari para
filosof yang hidup pada jaman Yunani kono dan para filosof lainnya yang hidup
kemudian, seperti: Heraklitos (536-470 SM), Socrates (470-399 SM), Protagoras
(480-410 SM), W. James (1842-1910), Francis Bacon (1561-1626), Jean Jacques
Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804), Hegel (1770-1804). Selain itu,
tokoh-tokoh bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine, dan Thomas
Jafferson pun telah mempengaruhi perkembangan progresivisme.
4. Pandangan
Progesivisme Terhadap Bidang Pendidikan
Bagi
progresivisme, gagasan atau kenyataan yang menunjukkan adanya dinding pemisah
antara sekolah dan masyarakat ditentang oleh progresivisme. Menurut
progresivisme, sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk
kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat
perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah.
Sekolah hendaknya merupakan suatu mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.
a. Definisi
Pendidikan
Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam
prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu: (1) Pendidikan seharusnya
adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan; (2) Belajar harus
langsung berhubungan dengan minat anak; (3) Belajar melalui pemecahan masalah
hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran; (4) Guru berperan
sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan; (5) Sekolah harus
menggerakkan kerjasama daripada kompetensi; dan (6) Demokrasilah
satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar
menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
b. Tujuan pendidikan
Bagi
penganut progresivisme, pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada
dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta
didik untuk menjadi warga negara yang demokratis.
c. Kurikulum
Menurut
Progresivisme, Kurikulum hendaknya:
- Tidak universal melainkan
berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada;
- Disesuaikan dengan
sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta
didik) atau chil centered;
- Berbasis pada masyarakat;.
- Bersifat fleksibel dan dapat
berubah atau direvisi.
d. Metode
Metode
pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (poblem
solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry
and discovery method).
e. Peranan pendidik
dan peserta didik
Dalam
aliran progresivisme, guru harusnya berperan untuk memimpin dan membimbing
pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan
peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit
yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.
Sumber Bacaan
S.Ardiwinata, Jajat dan Achmad Hufad. 2007. Sosiologi
Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. 2006. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar