Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 07 Desember 2013

Filsafat Ilmu

FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN IMPLEMENTASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Ronaldus S. Rilman, S.Pd.

 
John Dewey, Salah satu tokoh Filsafat Progresivisme
1. Konsep, Esensi dan Kilasan aliran Filsafat Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Gerakan Progresivisme ini sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.
Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti: cooperation yaitu kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjusment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.

Minggu, 17 November 2013

Sosiologi Sastra

SOSIOLOGI SASTRA

Plato

1. Pengantar
              Sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut (Soemanto, 1993; Levin, 1973:56). Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan dalam menangani objek sasarannya.
              Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra dimaksudkan untuk menyebut para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama memperhatikan hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mudak terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu (Abrams, 1981:178).
              Sekalipun teori sosiologis sastra sudah diketengahkan orang sejak sebelum Masehi, dalam disiplin ilmu sastra, teori sosiologi sastra merupakan suatu bidang ilmu yang tergolong masih cukup muda (Damono, 1977:3) berkaitan dengan kemantapan dan kemapanan teori ini dalam mengembangkan alat-alat analisis sastra yang relatif masih lahil dibandingkan dengan teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra.

Jumat, 02 Agustus 2013

World Wonder Picture HD














Contoh Jurnal Ilmiah Linguistik

JURNAL ILMIAH LINGUISTIK



A.    Pendahuluan
Menurut Chaer dan Agustina (1995:3) sosiolinguistik merupakan ilmu interdisiplin, yaitu melibatkan dua disiplin ilmu sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu sosial, yaitu berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bilingual atau dwibahasa, yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi masyarakat Indonesia menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional selain bahasa daerah masing-masing. Kedua bahasa tersebut kadang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara bersamaan, baik secara lisan maupun tulis. Situasi semacam ini memungkinkan terjadinya kontak bahasa yang saling mempengaruhi. Saling pengaruh itu dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang disisipi oleh kosakata bahasa daerah atau sebaliknya yang mencakup semua tataran. Hal ini pun juga terjadi dalam kegiatan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat NTT.
Masyarakat NTT tergolong dwibahasawan karena dalam kegiatan komunikasi harian, mereka menggunakan dua bahasa sekaligus yaitu bahasa daerah (B1) dan bahasa Indonesia (B2). Dengan adanya kondisi seperti ini, mempengaruhi mereka dalam berbicara pada saat menggunakan satu bahasa. Sengaja atau tidak, sering terjadi kesalahan dalam menggunakan bahasa tertentu karena kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian dalam kehidupan sehari-hari. Adanya penyimpangan-penyimpangan dan kekeliruan dalam pemakaian bahasa akibat menguasai dua bahasa atau lebih disebut interferensi.
Interferensi menurut Nababan (1984), merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa daerah atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Senada dengan itu, Chaer dan Agustin (1995:168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa ke bahasa yang lain. Dari segi kebahasaan, interferensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu interferensi bentuk dan interferensi arti. Menurut Soepomo (1982:27) interferensi bentuk meliputi unsur bahasa dan variasi bahasa, sedangkan interferensi bahasa meliputi interferensi leksikal, morfologi, dan sintaksis.
Sejalan dengan pemikiran di atas, penulis akan mencoba membahas interferensi bahasa daerah di NTT dalam bahasa Indonesia yang digunakan oleh mahasiswa asal NTT di Yogyakarta. Pembahasan ini akan mencakup semua tataran interferensi bahasa yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penulis tertarik untuk meneliti interferensi bahasa daerah NTT dalam pemakaian bahasa Indonesia oleh mahasiswa NTT di Yogyakarta dengan menggunakan teori sosiolinguistik ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, interferensi bahasa merupakan fenomena sosial yang saat ini terjadi dalam masyarakat Indonesia yang berlatar belakang suku, bahasa, dan agama yang berbeda. Dari sisi ilmu linguistik, hal ini relevan dengan kajian sosiolinguistik yang berbicara tentang variasi bahasa dalam masyarakat tutur.  Kedua, penelitian tentang interferensi bahasa daerah dalam bahasa Indonesia sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian tentang interferensi bahasa daerah di NTT ke dalam bahasa Indonesia sejauh ini masih jarang dilakukan. Ketiga, pemakaian bahasa Indonesia dialek daerah saat ini menjadi konsumsi harian bagi kaum akademik atau kalangan mahasiswa NTT di Yogyakarta baik dalam situasi formal ataupun informal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah interferensi bahasa daerah di NTT ke dalam bahasa Indonesia?  
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi bahasa daerah di NTT ke dalam bahasa Indonesia?
Sedangkan tujuan penelitian adalah: 1. Mendeskripsikan interferensi bahasa daerah di NTT ke dalam bahasa Indonesia, 2. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi bahasa daerah di NTT ke dalam bahasa Indonesia.

B.  Metodologi Penelitian
Penelitian ini berjudulInterferensi Bahasa Daerah NTT dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Mahasiswa NTT di Yogyakarta” termasuk jenis penelitian deskripsi kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibekali seperangkat pengetahuan tentang interferensi bahasa sebagai alat atau instrumennya. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah berupa kalimat tuturan atau ujaran berbahasa Indonesia yang mengandung interferensi bahasa daerah NTT. Dalam hal ini, bahasa Indonesia yang digunakan oleh mahasiswa asal NTT di Yogyakarta, dalam kegiatan pertemuan antarkeluarga besar mahasiswa NTT dan percakapan sehari-hari antarmahasiswa NTT di Yogyakarta, yang dilaksanakan sejak Januari 2012 sampai Desember 2012.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Teknik yang dipilih adalah teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan,  sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ganti atau teknik distribusi. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian yang bersifat informal

C.  Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai interferensi bahasa daerah di NTT dalam pemakaian bahasa Indonesia NTT di Yogyakarta. Hal yang dideskripsikan tersebut adalah (1) interferensi bahasa daerah di NTT dalam bahasa Indonesia, (2) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi bahasa daerah di NTT dalam bahasa Indonesia

1.    Interferensi Bahasa Daerah di NTT dalam Bahasa Indonesia
a.    Interferensi Fonologi
Salah satu contoh interferensi fonologi bahasa daerah di NTT dalam pemakaian bahasa Indonesia adalah realisasi pelafalan fonem /ə/ dan /e/ dalam BI menjadi /è/ dan /ԑ/ dalam BD NTT.
1)             Realisasi pelafalan fonem /ə/ menjadi /è/
 Contoh:
Paham animismə itu apa ya?
[Paham animismè itu apa ya?]
2)        Realisasi pelafalan fonem /e/ menjadi /ԑ/
Contoh:
Besok kita akan jumpa lagi kawan.
[Bԑsok kita akan jumpa lagi kawan]

3)         Penggantian bunyi  diftong menjadi monoftong
Contoh:

Buat apa baku musuh, katong mesti dame.
‘Untuk apa saling bermusuhan, kita harus berdamai.’

b.   Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi dalam penelitian ini terdapat dalam pembentukan kata bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa atau afiks bahasa daerah di NTT ke dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, contohnya sebagai berikut.
1)    Proses pembubuhan afiks (afiksasi) berupa pemakaian prefiks ba- dan ta- BD NTT sebagai pengganti prefiks ber- dan ter- dalam BI, contohnya: bermain, berdiri, terpisah dan terkikis dalam BI menjadi bamain, badiri, tapisah dan  takikis dalam BD NTT.
2)    Proses pengulangan (reduplikasi) antara lain: Kata ulang utuh atau dwilingga contohnya topa-topa ‘kumpul-kumpul’. Kata ulang berimbuhan contohnya bamain-main ‘bermain-main’. Kata ulang berubah bunyi contohnya bola-bola ‘bolak-balik’.
3)      Kata majemuk (kompositium) yaitu: ana bini ‘istri’, paitua ‘kekasih pria’, dan mai tua ‘kekasih wanita’.

c.    Interferensi Sintaksis
Interferensi sintaksis merupakan cabang tata bahasa yang membicarakan seluk beluk struktur kalimat dalam tuturan berbahas. Dalam penelitian ini interferensi sintaksis terjadi pada pemakaian kalimat berstruktur bahasa daerah di NTT dalam tuturan berbahasa Indonesia antara lain: Kamu punya buku mana ?, kamu punya nama siapa?, dan ini anak pintar sekali. Bentuk yang baku kalimat tersebut dalam BI adalah: bukumu mana?, namamu siapa?, dan anak ini sangat pintar.

d.   Interferensi Leksikal
Berdasarkan hasil penelitian ini, interferensi leksikal yang terjadi berupa pemakaian kata (leksikon), kata ganti orang (pronomina persona), kata ganti kepemilikan, penghilangan fonem dan penggantian fonem, serta interferensi pemakaian partikel penegas bahasa daerah NTT dalam tuturan berbahasa Indonesia.
1)        Pemakaian kata bahasa daerah NTT
Contoh: Ko su makan belum?   ‘kamu sudah makan belum?’
Kamu bonceng deng siapa?  ‘kamu bonceng dengan siapa?’

2)        Penggunaan kata ganti orang (pronomina persona) BD NTT
Contoh:  Beta tidak tahu       ‘Saya tidak tahu’
 Ko tahu darimana kalau libur   ‘Kamu tahu darimana kalau libur’
Dong baru saja ke pantai  ‘Mereka baru saja ke pantai’
3)        Kata ganti kepemilikan
Contoh: Ko pu buku mana, saya pinjam dulu?  ‘Bukumu mana?’
De pu gitar itu bagus sekali  ‘Gitarnya’
4)        Penghilangan fonem
Wujud penghilangan fonem dalam sebuah kata dapat terjadi pada satu fonem dan suku kata baik di awal, tengah, maupun  di akhir kata.
Contoh:  Ni mahasiswa PGSD banyak sekali.
‘Mahasiswa PGSD ini banyak sekali’
Tida apa kalau mahal yang penting kualitasnya
Tidak apa kalau mahal yang penting kualitasnya’
Bentar baru pergi, istirahat dulu.
Sebentar baru pergi, istirahat dulu’
Kamu su makan belum?
‘kamu sudah makan belum?’
5)    Penggantian fonem (Hiperkorek)
Unsur fonem yang mengalami penggantian umumnya berupa bentuk vokal.
(1)     Penggantian fonem /e/ dengan /a/
Contoh: Ko ambil samua saja biar tidak ada yang tersisa.
‘Kamu ambil semua saja biar tidak ada yang tersisa.’
(2)     Penggantian fonem /e/ dengan /i/
Contoh:  Yang kasih picah ini gelas siapa ya?
 ‘Yang pecahkan ini gelas siapa ya?’
6)        Interferensi pemakaian partikel penegas BD NTT
Pada penelitian ini banyak ditemukan interferensi leksikal yang berupa penggunaan partikel bahasa daerah NTT pada saat penutur berbicara menggunakan bahasa Indonesia, yakni partikel  kah, to, bah, ah, e, dan adoh. Partikel ini hanya memiliki makna dalam kalimat, maknanya tergantung pada konteks pemakainya dalam kalimat. Kalimat yang mengandung partikel penegas tersebut memiliki makna antara lain berupa pertanyaan, pemastian, seruan, dan penyesalan.
(1)     Partikel kah, partikel ini digunakan penutur untuk menyatakan makna penegasan dalam kalimat interogatif.
Contoh:  Iya kah, terus kamu maunya apa?
 Bisa diam kah?
(2)     Partikel to, penggunaan partikel to bahasa daerah NTT  oleh penutur untuk menegaskan kalimat interogatif.
Contoh: Bagaimana to, aku tidak mengerti cara mengerjakannya ?
Apalagi to yang tidak kamu mengerti?
(3)     Partikel bah, dalam tuturan partikel bah digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna memastikan.
Contoh:  Bah yang benar saja, masa jawabannya seperti ini.
(4)     Partikel adoh, partikel ini digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna interjeksi (kata seru). Dalam hal ini, untuk menegaskan ungkapan seruan perasaan.
Contoh: Adoh, sakit sekali punggungku.
(5)     Partikel e [ẻ], penggunaan partikel e oleh penutur untuk menyatakan makna penegasan.
Contoh: Maksudnya apa ini e, jangan-jangan kalian tidak setuju dengan keputusan ketua asrama?

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Interferensi Bahasa Daerah NTT dalam Bahasa Indonesia.
Interferensi dapat terjadi pada saat penutur menggunakan bahasa pertama ketika sedang berbicara dalam bahasa kedua, pemakaian bahasa unsur bahasa daerah NTT pada saat berbicara dengan bahasa Indonesia mengakibatkan adanya penyimpangan struktur bahasa. Penyimpangan struktur tersebut dapat megakibatkan terjadinya interferensi. Kedwibahasaan peserta tutur merupakan pangkal terjadinya interferensi dan berbagai pengaruh lain dari bahasa sumber, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur yang dwibahasawan, yang pada akhirnya menimbulkan interferensi.
Interferensi bahasa daerah NTT dalam pemakaian bahasa Indonesia oleh mahasiswa NTT di Yogyakarta merupakan sumber data yang dipilih oleh peneliti, karena pada saat penutur menggunakan bahasa Indonesia banyak ditemukan interferensi bahasa. Adapun faktor yang melatar belakangi timbulnya interferensi adalah sebagai berikut.
a.    Kebutuhan Akan Variasi
Variasi dalam pemakaian bahasa mempunyai fungsi yang cukup penting, yakni untuk menghindari pemakaian kata yang sama secara berulang-ulang yang bisa mengakibatkan kejenuhan. Hal ini membuat pemakai bahasa mempunyai variasi kosakata yang dipergunakan untuk meminjam atau menyerap kosakata bahasa sumber ke dalam bahasa penerima yang memiliki makna yang sama. Pada interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia berupa, kebiasaan penutur menggunakan kata bahasa daerah NTT untuk kata yang memiliki makna yang sama dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan kata ganti orang (pronomina persona) yang sering digunakan oleh penutur dalam tuturan berbahasa Indonesia, misalkan penyerapan atau peminjaman pronoun beta dan ko dari bahasa sumber (BD NTT) sebagai variasi dari bentuk saya dan kamu dalam bahasa penerima (BI).
 Contoh:
Beta  tidak tahu cara mengerjakannya, tolong kamu bantu ya?
Saya pulang duluan e, nanti kamu menyusul.
Engko  tahu darimana kalau hari ini libur.
Kamu tahu darimana kalau hari ini kita libur.

b.   Tidak Cukupnya Kosakata Bahasa Penerima
Perbendaharaan kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas pada pengungkapan berbagai segi kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan, serta segi kehidupan lain yang dikenalnya. Oleh karena itu, jika masyarakat itu bergaul dengan segi kehidupan yang baru dari luar, akan bertemu dan mengenal konsep baru yang dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai kosakata untuk mengungkapkan konsep baru tersebut, lalu mereka menggunakan kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkannya, secara sengaja pemakai bahasa akan menyerap atau meminjam kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkan konsep baru tersebut.
Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan bentuk pronoun beta dan engko atau ko BD NTT dalam tuturan berbahasa Indonesia oleh penutur asal NTT di Yogyakarta. Konsep baru tersebut kemudian diterapkan dalam tuturan sehari-hari untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
Contoh:
Beta  tidak tahu cara mengerjakannya, tolong kamu bantu ya?
Engko  tahu darimana kalau hari ini libur.

c.    Terbawanya Kebiasaan dalam Bahasa Ibu
Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada umumnya terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan terhadap bahasa penerima. Dalam hal ini, penutur secara tidak sengaja menggunakan unsur-unsur bahasa daerah NTT ketika berbicara dalam konteks bahasa Indonesia. Hal ini sebenarnya dapat dihindari oleh penutur, karena kata-kata bahasa daerah NTT sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Interferensi bahasa yang terjadi karena terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu dapat dilihat dalam realisasi pelafalan fonem /ə/ dan /e/ dalam BI, dilafalkan menjadi /ẻ/ dan /ԑ/ ooleh penutur asal NTT.
 Contoh:
Besok kita akan bərjumpa lagi kawan?
[Bԑsok kita akan bèrjumpa lagi kawan?]
Paham animismə itu apa ya?
[Paham animismè itu apa ya?]

D.  Simpulan dan Saran

1.    Simpulan
Berkaitan dengan tujuan penelitian serta hasil pembahasan yang sudah dilakukan oleh penulis, terdapat dua hal pokok yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasan berikut ini.
a.    Interferensi bahasa daerah di NTT dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan dalam empat bidang kebahasaan yaitu sebagai berikut:
1)   Dalam bidang fonologi, interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia adalah realisasi pelafalan fonem /ə/ menjadi /è/, fonem /e/ menjadi /ԑ/  dan penggantian bunyi diftong menjadi monoftong.
2)   Dalam bidang morfologi, bentuk interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia yakni proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan kata majemuk (kompositium).
3)   Dalam bidang sintaksis, interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia pada bidang ini berupa interferensi konstruksi/struktur kalimat bahasa daerah NTT dalam tuturan berbahasa Indonesia.
4)   Dalam bidang leksikal, interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa bahasa Indonesia antara lain; pemakaian kata bahasa daerah NTT, penggunaan kata ganti orang (pronomina persona), kata ganti kepemilikan, penghilangan fonem baik satu fonem ataupun berupa suku kata, penggantian fonem (hiperkorek), dan interferensi pemakaian partikel penegas bahasa daerah NTT.
b.    Faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1)         Kebutuhan akan sinonim
2)         Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima
3)         Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu

2.  Saran
Beradasarkan hasil penelitian data, pembahasan, dan simpulan perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
a.    Penelitian yang menggunakan pendekatan sosiolinguistik ini membutuhkan referensi yang cukup banyak seperti buku-buku, ataupun referensi lain seperti internet untuk menunjang jalannya penelitian. Untuk itu, disarankan kepada para peneliti berikutnya agar referensinya diperbanyak guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang sosiolinguistik.
b.    Interferensi bahasa merupakan hal yang biasa terjadi dalam masyarakat Nusantara yang memiliki keanekaragaman budaya dan bahasa. Untuk itu, bagi mahasiswa/mahasiswi khususnya mahasiswa asal NTT di Yogyakarta yang merupakan subjek penelitian ini disarankan dapat menggunakan bahasa sesuai dengan situasi, baik situasi formal ataupun informal.
c.    Kepada para penulis yang berminat untuk meneliti interferensi bahasa daerah dalam bahasa Indonesia sekiranya dapat mengembangkan lagi penelitian ini. Dalam hal ini, penulis mengakui terdapat kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini. Lebih lanjut lagi, data dan sumber data dalam penelitian ini masih terbatas karena hanya seputar pemakaian bahasa mahasiswa. Sekiranya, untuk penelitian selanjutnya data dan sumber data penelitian ini haruslah lengkap dengan objek penelitian yang lebih luas lagi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakterisitik pemakaian bahasa Indonesia dialek daerah.
d.   Pada dasarnya kajian penelitian ini merupakan salah satu kajian variasi atau ragam bahasa yang ada di dalam masyarakat, dalam hal ini penggunaan bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa daerah NTT. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini hanya sebatas pada bentuk-bentuk interferensi bahasa daerah NTT dalam bahasa Indonesia, serta faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi.
e.    Bagi peminat bahasa penelitian ini sekiranya dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang sejenis karena dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kebahasaan (linguistik), yaitu mengenai interferensi bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Mengingat di Nusantara memiliki banyak bahasa daerah yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dalam penggunaan bahasa Indonesia.




E. Daftar Pustaka
Chaer, A. dan Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. Dan Agustina, L. Ed. Rev.,2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

http://Wordpress.com/Interferensi dan Integrasi Bahasa/. 2011. Pusat Bahasa Al Ahzar).html. Diunduh 5 Mei 2012.

http://Wordpress.com/Bidang Kajian Sosiolinguistik/ 2011. Pusat Bahasa Al Ahzar//.html. Diunduh 5 Mei 2012.
Irwan. 2006. Karya Ilmiah: “Interferensi Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia”. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.Yogkarta: Carasvatibooks

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexi J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya.

Nababan, P.W.J.  1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta: Gramedia.
Nuraeni. 2003. Skripsi: “Interferensi Bahasa Bugis Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Berkomunikasi oleh Siswa SLTP Negeri 4 Kahu Kabupaten Bone”. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Poedjosoedarmo, Soepomo.1978, “Interferensi dan Integrasi dalam Situasi Keanekabahasaan”, Pengajaran Bahasa dan Sastra, No.2 th.IV.

Pramudya, Mahar. 2006. Skripsi: “Interferensi Gramatikal Bahasa Melayu Bangka dalam Pemakaian Bahasa Indonesia: dengan Data Rubrik “MAK PER dan AKEK BUNENG” dalam Surat Kabar Bangka Pos”. Semarang:Universitas Diponegoro.



Kamis, 18 April 2013

Sifat dan Karakter Berdasarkan Golongan Darah

Sifat dan Karakter Berdasarkan Golongan Darah

 Sahabat blogger semuanya ......kali ini ane akan share karakter berdasarkan golongan darah. Siapa tau, ada yang cocok dengan karakter sobat semuanya ......!! Tapi ingat, ini hanya ramalan jadi jangan terlalu di dramatisir, just intermezzooo......hehehehehehehe

 Golongan darah A

 1. Biasanya orang yang bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya. 2. Orang yang bergolongan darah A ini mempunyai karakter yang tegas, bisa di andalkan dan dipercaya namun keras kepala. 3. Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan secara konsisten. 4. Mereka berusaha membuat diri mereka se wajar dan ideal mungkin. 5. Mereke bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang. 6. mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yang lembek seperti gugup dan lain sebagainya. 7. Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak sependapat. Makanya mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber'temperamen' sama.