SOSIOLOGI SASTRA
Plato |
1.
Pengantar
Sosiologi sastra sebagai suatu
jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi
epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra
berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra
adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki
keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam
masyarakat tersebut (Soemanto, 1993; Levin, 1973:56). Sebagai suatu bidang
teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan
dalam menangani objek sasarannya.
Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra
dimaksudkan untuk menyebut para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama
memperhatikan
hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan
ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang
ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya)
secara mudak terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode
tertentu (Abrams, 1981:178).
Sekalipun teori sosiologis sastra sudah diketengahkan
orang sejak sebelum Masehi, dalam disiplin ilmu sastra, teori sosiologi sastra
merupakan suatu bidang ilmu yang tergolong masih cukup muda (Damono, 1977:3)
berkaitan dengan kemantapan dan kemapanan teori ini dalam mengembangkan
alat-alat analisis sastra yang relatif masih lahil dibandingkan dengan teori
sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra.